Liputan6.com, Jakarta - Tim Satuan Tugas atau Satgas Penanganan Covid-19 masih terus melaporkan adanya penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia akibat virus Corona di Indonesia.
Terdapat penambahan 262 orang pada hari ini, Senin (2/1/2023) terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca Juga
Total akumulatifnya hingga saat ini ada 6.720.443 orang di Indonesia terkonfirmasi terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19.
Advertisement
Sedangkan kasus sembuh bertambah 692 orang pada hari ini. Sehingga total akumulatif terdapat 6.550.677 pasien berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 sampai kini di Indonesia.
Sementara itu, kasus meninggal dunia pada hari ini ada penambahan 16 orang. Jadi sampai saat ini di Indonesia total akumulatif sebanyak 160.635 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.
Data update pasien Covid-19 ini tercatat sejak pukul 12.00 WIB, Minggu 1 Januari hingga hari ini, Senin (2/1/2023) pada jam yang sama.
Sebelumnya, Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta resmi ditutup pada Sabtu 31 Desember 2022. Pasien Covid-19 sendiri sudah tidak ada yang dirawat di RSDC Wisma Atlet, sejak Kamis 29 Desember 2022.
"Hunian Wisma Atlet hari ini 31 Desember 2022, pasiennyaa sudah kosong sejak hari Kamis kemarin," kata Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Mintoro Sumego kepada wartawan, Sabtu 31 Desember 2022.
Kendati begitu, kata dia, Tower 6 Wisma Atlet tetap disiagakan untuk mengantisipasi apabila ada lonjakan kasus Covid-19. Adapun tower 6 dipilih karena akses yang paling mudah untuk masuk ke Wisma Atlet.
Â
Hanya Satu Tower Dibuka
Selain itu, menurut Mintoro, tower 6 juga memiliki unit gawat darurat (UGD) dengan 30 tempat tidur dan ruang Intensive Care Unit (ICU), dan Intermediate Care Unit.
Kemudian, lanjut dia, ada Highcare Unit dengan 97 tempat tidur.
"Di tempat ini juga kita akan mengupayakan cuma satu tower saja di Wisma Atlet ini dalam 3 bulan ke depan," ujarnya.
Menurut dia, jumlah relawan yang ada di Wisma Atlet berjumlah 214 orang. Sebanyak 155 orang adalah tenaga medis, sementara sisanya tenaga non medis.
"Ini masih standby sampai 3 bulan ke depan," ucap Mintoro.
Dia menuturkan jumlah pasien Covid-19 yang pernah dirawat di RSDC Wisma Atlet sebanyak 131.195 orang. Sedangkan, tenaga medis atau relawan yang pernah menjadi relawan di Wisma Atlet sekitar 16.000 orang yang terdiri dari, dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan tenaga medis yang lainnya.
"Sampai saat ini sesuai dengan arahan pimpinan kami tetap standby sesuai dengan kebutuhan nantinya. Mudah-mudahan ke depan pasien Covid-19 ini akan turun dengan drastis," tutur Mintoro.
Â
Advertisement
DPR Dukung Penutupan
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyatakan mendukung penutupan itu apabila dilakukan secara bertahap.
"Bisa dipahami rencana penutupan secara bertahap, itu kan secara bertahap atau belum diputuskan tetapi memang berdasarkan data, kita patut bersyukur karena subvarian Omicron yang terbaru tidak membebani rumah sakit darurat," kata Rahmad saat dikonfirmasi, Selasa 27 Desember 2022.
Enam+05:40VIDEO: Sejumlah Negara Wajibkan Pelancong China Tes COVID-19 Saat Liburan Tahun Baru, Khawatir Varian Baru?Rahmad menyebut, ketersediaan tempat tidur di rumah sakit saat ini sudah rendah sehingga kesiapan rumah sakit sudah cukup tanpa RSDC Wisma Atlet.
"Rumah sakit sekarang sudah tidak tertekan. Keterisian tempat tidur sudah di bawah 5%. Artinya tidak ada rumah sakit Kemayoran pun sudah tidak ada masalah. Kesiapan rumah sakit yang lain sudah memadai," ungkapnya.
Namun demikian, Rahmad meminta masyarakat tetap menerapkan prokes dan tidak menganggap covid sudah sepenuhnya hilang.
"Catatan masyarakat harus tetap menerapkan protocol kesehatan. Situasi global masih sangat dinamis waktu waktu berubah termasuk kasus di China sekarang, jadi harus diwaspadai kemungkinan mutasi dari negeri lain. Yang paling penting jangan anggap covid tidak ada, dan kita harus kejar vaksin booster," kata dia.
Selain itu, Politikus PDIP itu menilai penutupan RSDC Wisma Atlet harus melihat situasi pascaliburan Nataru.
"Nanti bisa dilihat ketika akhir natal tahun baru tidak ada lonjakan ya tidak masalah (ditutup, justru anggarannya bisa dialihkan kebutuhan kesehatan lain. Kita tubggu sampai liburan nataru berkahir, silkan kalau mau ditutup," pungkasnya.
Perjalanan Kasus Corona di Indonesia
Kasus infeksi virus Corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Desember 2009. Dari kasus tersebut, virus bergerak cepat dan menjangkiti ribuan orang, tidak hanya di China tapi juga di luar negara tirai bambu tersebut.
2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Pengumuman dilakukan di Veranda Istana Merdeka.
Ada dua suspect yang terinfeksi Corona, keduanya adalah seorang ibu dan anak perempuannya. Mereka dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Kontak tracing dengan pasien Corona pun dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Dari hasil penelurusan, pasien positif Covid-19 terus meningkat.
Sepekan kemudian, kasus kematian akibat Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 11 Maret 2020. Pasien merupakan seorang warga negara asing (WNA) yang termasuk pada kategori imported case virus Corona. Pengumuman disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Urusan Virus Corona, Achmad Yurianto, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat
Yurianto mengatakan, pasien positif Covid-19 tersebut adalah perempuan berusia 53 tahun. Pasien tersebut masuk rumah sakit dalam keadaan sakit berat dan ada faktor penyakit mendahului di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita.
Jumat 13 Maret 2020, Yurianto menyatakan pasien nomor 01 dan 03 sembuh dari Covid-19. Mereka sudah dibolehkan pulang dan meninggalkan ruang isolasi.
Pemerintah kemudian melakukan upaya-upaya penanganan Covid-19 yang penyebarannya kian meluas. Di antaranya dengan mengeluarkan sejumlah aturan guna menekan angka penyebaran virus Corona atau Covid-19. Aturan-aturan itu dikeluarkan baik dalam bentuk peraturan presiden (perpres), peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan presiden (keppres).
Salah satunya Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Keppres ini diteken Jokowi pada Jumat, 13 Maret 2020. Gugus Tugas yang saat ini diketuai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo ini dibentuk dalam rangka menangani penyebaran virus Corona.
Gugus Tugas memiliki sejumlah tugas antara lain, melaksanakan rencana operasional percepatan penanangan virus Corona, mengkoordinasikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan virus Corona.
Sementara itu, status keadaan tertentu darurat penanganan virus Corona di Tanah Air ternyata telah diberlakukan sejak 28 Januari sampai 28 Februari 2020. Status ditetapkan pada saat rapat koordinasi di Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) saat membahas kepulangan WNI di Wuhan, China.
Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo menjelaskan, karena skala makin besar dan Presiden memerintahkan percepatan, maka diperpanjang dari 29 Februari sampai 29 Mei 2020. Sebab, daerah-daerah di tanah air belum ada yang menetapkan status darurat Covid-9 di wilayah masing-masing.
Agus Wibowo menjelaskan jika daerah sudah menetapkan status keadaan darurat, maka status keadaan tertentu darurat yang dikeluarkan BNPB tidak berlaku lagi.
Penanganan kasus virus corona (Covid 19) pun semakin intens dilakukan. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi sekaligus memberikan pengobatan terhadap mereka yang terpapar Covid-19.
Â
Advertisement